Bertekad Kembalikan Kejayaan Partai Golkar

Ketua DPD Partai Golkar Kota Pekanbaru, Sahril. (f: istimewa)

Bertekad mengembalikan kejayaan Partai Golkar di Kota Pekanbaru. Tapi, Sahril menjawab dengan “rahasia dapur” saat ditanya kiatnya membangkitkan partai berlambang pohon Beringin rimbun itu. 

YANG ia rasakan adalah beban moral yang berat. Partai yang dulu begitu berjaya di Kota Pekanbaru. Bahkan, kursi ketua DPRD setempat sempat beberapa kali ditempati oleh kader partai itu.

Bacaan Lainnya

Sejak beberapa tahun belakangan terlihat fenomena mencemaskan: perolehan kursi partai itu di tingkat lokal Pekanbaru terus mengalami penurunan signifikan.

“Saya cemas,” kata H. Sahril, SH, MH–tokoh dimaksud—, suatu hari.

Sebuah kecemasan yang sangat berdasar. Golongan Karya (Golkar), partai politik dimaksud, yang dulu begitu banyak pendukung, yang menjadi tumpuan begitu banyak warga kota untuk menjadi “penyambung lidah,” belakangan seakan mulai ditinggalkan.

“Pasti ada sesuatu yang salah, tapi kita tidak tahu entah apa atau siapa,” lanjut Sahril.

Sahril tak sekadar cemas, yang dipastikan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Cemas, yang kemudian berakumulasi dengan beban moral, mengantarkan Sahril pada satu kesimpulan: ia harus berbuat sesuatu yang nyata untuk membangkitkan kembali Partai Golkar, setidaknya untuk skop Kota Pekanbaru.

“Kalau bukan kita sebagai kader, siapa lagi yang diharapkan untuk itu?” ujarnya, seakan bertanya pada diri sendiri.

Langkah yang kemudian ditapaki Sahril adalah maju di ajang Musyawarah Daerah X Partai Golkar Kota Pekanbaru, akhir Agustus 2020, yang salah satu agendanya adalah memilih Ketua DPD Partai Golkar Pekanbaru periode 2020-2025.

Dalam ajang itu, Sahril yang pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Pekanbaru berstatus sebagai petahana karena menjabat Ketua DPD Golkar Pekanbaru periode yang sedang berjalan.

Nasib baik, forum musda secara aklamasi kembali memberi amanah pada Sahril untuk memimpin partai berlambang pohon beringin rimbun itu buat masa bakti lima tahun ke depan.

Dalam Musda X itu, tercatat empat calon yang akan bertarung, yakni Sahril (incumbent), Ketua DPD II Golkar Pekanbaru, Ida Yulita Susanti, Masni Ernawati, dan Parisman Ikhwan. Nama yang disebut terakhir merupakan anggota DPRD Riau dari Dapil Kota Pekanbaru.

Ibarat bertemu ruas dengan buku: niat buat mengembalikan kejayaan Golkar di Pekanbaru, yang kemudian menerima amanah untuk kembali memimpin partai itu, makin menguatkan tekad tokoh politik yang satu ini untuk mengembalikan Golkar ke masa-masa kejayaan yang pernah direbutnya di ibukota Provinsi Riau itu.

“Inilah saatnya saya bersama kawan-kawan untuk memulai sebuah tugas yang maha berat,” katanya.

Berat? Di satu sisi, tugas itu diakui Sahril sebagai sesuatu yang tidak ringan, apalagi di tengah tingkat persaingan antarparpol yang semakin menajam dalam merebut simpati publik.

Semua parpol, menurut Sahril, terus berupaya mencari metode dan cara-cara yang dinilai ampuh untuk mempertahankan basis massanya, bahkan untuk memperluas basis dukungannya di tengah masyarakat.

Tapi Sahril berpegang satu prinsip, yaitu politik itu sebagai sesuatu yang dinamis. Apa yang terjadi hari ini, menurutnya, bisa saja besok sudah mengalami perubahan yang mendasar.

Dalam konteks persaingan antarparpol, menurutnya, suatu parpol yang di kurun waktu tertentu memperoleh dukungan yang sangat luas dari masyarakat, bukan tidak mungkin di waktu lain parpol dimaksud “terjun bebas.”

Dengan kata lain, dijelaskan Sahril, Golkar yang sejak beberapa waktu belakangan mengalami keterpurukan, khususnya di Pekanbaru, bukan tidak mungkin akan bisa dibangkitkan kembali. “Bukan tidak mungkin pula akan melebihi dari apa-apa yang pernah diraih sebelumnya.”

Sebagai sosok yang sudah lama akan asam garam di pilitik praktis, Sahril sadar betul betapa perubahan di dunia politik bisa terjadi di mana dan kapan saja.

Sahril enggan merinci stategi yang akan ia terapkan untuk membangkitkan kembali kejayaan Partai Golkar di Pekanbaru. “Itu rahasia dapur,” ungkapnya.

Tapi, diingatkan Sahril, dengan manajemen yang baik, didukung kekompakan semua unsur pengurus di jajaran DPD sampai ke jenjang yang terendah, ia yakin akan mampu menggerakkan mesin partai untuk  membuat Golkar kembali mendapat tempat yang luas di hati warga kota ini.

“Tentu ini butuh kerja keras kita bersama,” tambahnya, mengingatkan.

Sahril sadar, ia manusia biasa,yang juga dilekati berbagai kelemahan, kekurangan dan keterbatasan. Sinergitas yang baik di antara semua elemen yang ada di tubuh partai, diharapkan akan mampu menutupi kelemahan dan kekurangan yang ia miliki.

Begitu pun kelemahan dan kekurangan unsur pengurus lainnya; yang kemudian diharapkan akan memunculkan “energi” yang kuat buat mendorong Golkar bangkit lagi di kota ini.

“Mimpi Buruk”

Pemilihan Legislatif 2019, yang dimaksudkan untuk memilih anggota legislatif periode 2019-2024,  menjadi “mimpi buruk” bagi Golkar di Pekanbaru. Partai yang pada periode sebelumnya meraih sebanyak tujuh kursi di DPRD Pekanbaru, di Pileg 2019 hanya tersisa empat kursi saja yang bisa dipertahankan.

Kenapa bisa seperti itu? “Kondisi politik yang membuat Golkar mengalami kejadian seperti itu di Pekanbaru,” bebernya.

Kondisi seperti itu, imbuh Sahril, tidak hanya terjadi di Pileg 2019, tapi juga pernah terjadi sebelumnya. Kalau pada Pileg 2004 Golkar berhasil merebut sebanyak 12 kursi di DPRD Pekanbaru, pada Pileg 2009 mengalami penurunan yang signifikan, karena tersisa sembilan kursi saja.

Padahal pada 2009 itu, kenang Sahril, seyogianya Partai Golkar di DPRD Pekanbaru meraih kursi lebih banyak dibandingkan Pileg sebelumnya karena diuntungkan oleh kepala daerah, yaitu Wali Kota Pekanbaru, yang dijabat oleh kader Golkar, yaitu Herman Abdullah.

Sementara Wakil Wali Kota Pekanbaru saat itu dijabat Erizal Muluk, yang saat itu menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Pekanbaru.

“Kenapa anjlok, karena kondisi politik kala itu tidak menguntungkan Golkar,” sambungnya.

Sahril menengarai, turunnya perolehan suara Partai Golkar saat itu –tidak terkecuali di Kota Pekanbaru—dengan dominannya sosok Susilo Bambang Yudhoyono, pendiri Partai Demokrat, yang saat juga menjabat sebagai Presiden RI.

“Ini tidak pembelaan. Saya bertanggung jawab penuh atas turunnya perolehan kursi Golkar di DPRD Pekanbaru, namun memang kemarin (Pileg 2019) kondisinya luar biasa,” ucapnya. (end)

Pos terkait