BANGKINANG – Seolah menanggapi mundurnya Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto sebagai kader Golkar dan bergabung dengan PKB, DPD II Partai Golkar menggelar rapat pada Senin (5/4/2021) sore. Rapat dipimpin langsung Ketua DPD II Golkar Repol ini dihadiri dua politisi senior Golkar yang juga Mantan Ketua DPRD Golkar, Masnur dan Ahmad Fikri.
Pada rapat tersebut muncul wacana, dengan keluarnya Catur Sugeng, Golkar akan mengambil tempat sebagai Oposisi dalam pemerintahan di Kabupaten Kampar. Namun, usai rapat, ketiga ditanya terkait wacana tersebut Repol tidak menegaskan posisi Golkar sebagai oposisi. Tapi dengan keluarnya Catur Sugeng dari Golkar, maka otomatis pemerintahan Kampar kini tidak lagi disebut pemerintahan dibawah kepemimpinan Golkar.
“Bahasanya bukan oposisi. Karena walaupun dulu saat masih bersama Golkar, kami juga tetap mengkritik. Maka sekarang kami makin kuat, makin merapatkan barisan karena kami tidak ada beban lagi. Kami akan tetap terus melakukan kritik yang konstruktif pada penyelenggaraan pemerintah, dan kritik keras bila diperlukan, karena Golkar tidak lagi terikat, kini Golkar tanpa beban,” sebut Repol, sebagaimana dilansir riaupos.co.
Namun Repol mengatakan, keluar Catur Sugeng Susanto yang merupakan kader asli Golkar, adalah sebuah hal yang tidak wajar. Namun partai menurut Repol justru berterima kasih. Karena sebelum Catur Sugeng keluar, orang menyebut Kampar berada dibawah pemerintahan Golkar. Hal itu membebani partai secara politis karena Bupati tidak menjalin komunikasi yang baik dengan partai.
“Tidak ada komunikasi, yang kami usulkan juga tidak didengarkan dan tidak dijalankan. Golkar, dengan pindah beliau, maka sudah clear, orang tidak lagi mempersepsikan pemerintahan ini sebagai pemerintahan Golkar. Kalau dulu kami ada beban mengkritik pemerintah, kini kami sudah tanpa beban,” tegasnya.
Sementara itu, Koordinator Daerah Pemenangan Golkar Kampar Ahmad Fikri mengomentari lebih keras. Bahkan Fikri mengusulkan agar seluruh Kader Golkar di Kampar memutuskan komunikasi politik dengan Catur Sugeng. Alasan Fikri sederhana. bahwa Catur Sugeng tidak lagi kader Golkar.
Fikri mendukung kalau Golkar memilih untuk beroposisi. “Dulu pemrintahan ini adalah pemerintahan Golkar, sekarang tidak lagi. Berposisi sebagai oposisi itu tepat dah harus. Kalau dulu Golkar masih menahan, kalau sekarang Bupati bukan lagi bagian dari Golkar. Kalau sekarang kami membicarakan (mengkritik) beliau, kami tidak berdosa lagi. Karena beliau tidak lagi serumah dengan kami,” kata Fikri.
Sekretaris Golkar Kampar Yuli Hendra secara terpisah, juga ikut mengomentari hengkangnya Catur usai rapat tersebut. Dirinya menertawan komentar orang-orang yang menyebutkan Golkar merasa kehilangan dan rugi atas kepergian Catur Sugeng. Justru, kata dia, kepergian kader dengan jabatan terakhir Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Kampar itu, tidak berdampak apa-apa terhadap partai. Dia di dalam Golkar tidak menambah, dia keluar juga tidak mengurangi. Itulah yang kami rasakan,” kata Yuli.
Dirinya juga menyebutkan Catur Sugeng telah menyurati partai terkait pengunduran dirinya sebagai kader. Surat itu, kata Yuli Hendra, tertanggal 24 Maret 2021, namun baru diterima partai pada Kamis (1/4). Surat itu perihal pengunduran diri Catur Sugeng Susanto sebagai pengurus sekaligus sebagai kader Golkar. Surat itu bertandatangan basah diatas materai 10 ribu, langsung oleh Catur Sugeng Susanto.
Sementara itu, Bupati Kampar yang baru saja menerima SK sebagai Ketua DPC PKB Riau Catur Sugeng menyikapi pernyataan DPD II Golkar Kampar saat dikonfirmasi Riaupos.co belum memberikan penjelasan.***